Jangan Hanya Tunggu Program: Saatnya LKP Bangkit dan Bertaji!

Jangan Hanya Tunggu Program: Saatnya LKP Bangkit dan Bertaji!

2025-04-10

Ada satu kenyataan pahit tapi penting untuk kita renungkan bersama: banyak Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) hari ini hanya hidup ketika ada program dari pemerintah. Baik itu program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Tapi di luar itu, LKP-nya sepi, bahkan ada yang "mati suri" sampai 10 bulan dalam setahun. Aktivitas hanya kembali muncul ketika ada anggaran masuk. Sisanya? Ruangan kosong, pelatihan nihil, dan nama LKP hanya tinggal spanduk nama saja.

Apakah kita puas dengan kondisi seperti itu?
Apakah kita rela LKP kita hanya menjadi lembaga yang "menunggu bola" selamanya?

Padahal kalau kita menengok ke sejarah berdirinya banyak LKP di Sulawesi Selatan, semua lahir dari semangat inisiatif, dari idealisme, dan dari tekad untuk menjadi solusi atas keterbatasan akses pendidikan dan keterampilan di tengah masyarakat. Tapi sayangnya, banyak dari kita kini malah terjebak dalam zona nyaman yang diam-diam mematikan.


Zona Nyaman Itu Berbahaya

Sahabat Forum yang saya banggakan, zona nyaman itu mematikan bukan karena langsung menimbulkan kehancuran. Tapi karena dia perlahan-lahan membuat kita berhenti bergerak, Berhenti berpikir kreatif, Berhenti berinovasi, dan yang paling parah: berhenti merasa perlu untuk berbenah.

Ketika LKP kita hanya berharap pada program pemerintah, maka kita kehilangan identitas sebagai lembaga pendidikan yang adaptif dan mandiri. Kita lupa bahwa tugas utama kita adalah menciptakan SDM yang tangguh, bukan hanya menjalankan proyek sesaat.

Padahal, tantangan ke depan tidak makin mudah. Dunia kerja berubah cepat. Teknologi berkembang gila-gilaan. Dan masyarakat sekarang makin selektif, mereka tidak lagi mencari kursus hanya karena "ada program gratis", tetapi karena mereka membutuhkan skill yang relevan dan berdampak.


Tiga Contoh LKP yang Membuktikan Bisa Bangkit Tanpa Tunggu Bantuan

Tapi tenang. Kita tidak sedang menyalahkan siapa pun. Justru ini waktunya refleksi dan inspirasi.
Karena nyatanya, ada LKP-LKP yang justru memilih untuk keluar dari pola lama dan membangun sistem kerja yang lebih mandiri, lebih adaptif, dan lebih kuat. Berikut ini tiga kisah nyata yang bisa membuka mata dan membakar semangat:

1. LKP ABC (Kota Makassar): Bangkit Lewat Digital Marketing

Tahun 2018, LKP ABC nyaris tutup. Tidak ada program pemerintah yang masuk, kursus komputer sepi, dan tidak ada pemasukan sama sekali. Tapi alih-alih pasrah, mereka mulai mengevaluasi total.

Langkah pertama: audit internal. Mereka cek ulang semua dokumen, sistem administrasi, keaktifan instruktur, dan kekuatan promosi. Ternyata banyak kelemahan yang selama ini ditutupi oleh program bantuan.

Langkah kedua: bikin program mandiri. Mereka membuat kursus digital marketing sederhana, menyasar pelaku UMKM lokal yang ingin belajar jualan online. Tidak mahal, tapi sangat dibutuhkan.

Langkah ketiga: aktif di media sosial. Promosi jalan terus, testimoni peserta ditampilkan, dan mereka rutin update aktivitas di Facebook dan Instagram. Hasilnya? Dalam 6 bulan, LKP ini bisa buka 3 kelas reguler mandiri. Bahkan beberapa alumninya sudah dapat kerja freelance bantu bisnis online lokal.

2. LKP CDE (Kabupaten Takalar): Gandeng BUMN lewat Proposal CSR

LKP ini sadar: hanya berharap dari program pemerintah tidak akan cukup. Maka mereka mulai belajar membuat proposal kerja sama yang rapi dan berbasis data. Mereka menyasar program CSR dari salah satu BUMN yang punya proyek pengembangan desa.

Prosesnya tidak mudah. Mereka harus melengkapi legalitas, menata ulang administrasi, dan melatih tim untuk bisa presentasi program secara profesional. Tapi semua itu terbayar ketika akhirnya mereka mendapatkan dana kemitraan untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan kerja di tiga desa.

Bukan cuma dapat dana, LKP ini juga naik kelas secara reputasi. Kini mereka bukan cuma dikenal di tingkat kabupaten, tapi juga mulai dilirik di tingkat provinsi.

3. LKP FGH (Kota Makassar): Bikin Program Short Course yang Laku Keras

LKP ini awalnya seperti banyak LKP lain: menunggu DIPA, lalu berlibur panjang setelah program selesai. Tapi sang pimpinan mulai merasa tidak nyaman dengan pola ini. Maka ia mulai merekrut instruktur muda, menyegarkan cara mengajar, dan yang paling keren mereka buat kursus singkat (short course) yang dibutuhkan anak muda.

Contohnya: kursus Canva untuk desain konten, kursus Excel untuk keperluan kerja, bahkan kelas TikTok Marketing!

Dengan harga terjangkau dan waktu belajar singkat, program ini langsung menarik. Mereka buka kelas dua kali seminggu dan peserta selalu penuh. Bahkan sekarang, LKP FGH sudah bisa menjalankan operasionalnya tanpa menunggu bantuan program lagi.


Jadi, Apa yang Bisa Kita Lakukan Sekarang?

Kalau mereka bisa, kita juga In sya Allah bisa. Tapi tentu, harus mulai dari diri sendiri dan lembaga kita masing-masing.
Berikut beberapa langkah konkret yang bisa sahabat Forum PLKP mulai hari ini:

  1. Benahi internal lembaga. Lihat ulang SOP, sistem administrasi, manajemen kelas. Apakah masih relevan? Apakah masih aktif dijalankan?

  2. Upgrade SDM. Latih instruktur dengan skill baru, kenalkan mereka dengan tools digital dan tren pembelajaran terkini. Pastikan pimpinan dan staf administrasi juga paham dunia digital, bukan hanya urusan "absen dan laporan."

  3. Buat program mandiri. Mulai dari yang sederhana tapi dibutuhkan. Misalnya, kursus dasar komputer untuk ibu rumah tangga, desain konten digital, atau pelatihan wirausaha praktis.

  4. Bangun kemitraan. Jangan malu kirim proposal ke instansi, BUMN, perusahaan lokal, atau komunitas. Tunjukkan bahwa LKP Anda siap berkolaborasi, bukan hanya menerima.

  5. Aktifkan media sosial. Jangan diam! Tampilkan kegiatan, testimoni peserta, dan highlight keunggulan lembaga. Bangun personal branding LKP-sahabat forum. Karena di era digital ini, yang tidak tampil ya dianggap tidak aktif.


FP-LKP Hadir Sebagai Wadah, Tapi Anda Penentu Arah

Sebagai organisasi, DPD Forum Pengelola LKP (FP-LKP) Prov. Sul-Sel hadir bukan sekadar untuk ngumpul-ngumpul atau saling sapa di WAG. Kami ingin jadi wadah yang kuat untuk berkolaborasi, belajar, dan tumbuh bersama. Tapi pertumbuhan itu tidak bisa datang dari atas ke bawah. Harus dimulai dari setiap lembaga, dari semangat internal para pengelolanya.

FP-LKP Sulawesi Selatan percaya bahwa masa depan pendidikan nonformal ada di tangan kita sendiri. Bukan hanya di tangan pemerintah. Maka jangan tunggu bola, kita yang harus jadi pemain utama.


Penutup: Jangan Tunggu, Ayo Bergerak!

Sahabat Forum yang tercinta,
Kalau kita hanya menunggu, kita akan terus tertinggal. Tapi kalau kita mau bergerak, mau belajar, mau membuka diri untuk perubahan LKP kita bisa jadi kekuatan besar untuk membangun SDM Sulawesi Selatan yang lebih mandiri, terampil, dan berdaya saing.

Jangan remehkan langkah kecil. Satu program kursus mandiri yang aktif bisa menyelamatkan lembaga kita dari ketergantungan. Satu kolaborasi bisa membuka pintu rezeki yang lebih luas. Dan satu keputusan untuk berbenah bisa jadi awal dari kebangkitan besar.

Mari kita keluar dari zona nyaman karena zona nyaman bukan tempat tumbuh. (AndiMappudji_10.4.25)

#LKPBangkit #FPLKPSulsel #ZonaNyamanMati #AyoBerbenah #PendidikanNonformalKuat